POHON
Aku hanyalah sebatang pohon berdiri kokoh dan terlihat tampan di pinggir jalan, dan semua alasan setiap orang memanggilku pohon karena memang aku hanya sebatang pohon, tidak ada alsan atau definisi yang amat penting. Aku biasanya identik dengan kemaskulinitas, sosok tampan, berwibawa dengan suara bariton serta jakun di tenggak tenggorokku, dengan rambut sedikit ikal, mata menyorot tajam, kulit kecoklatan yang menunjukan aku sosok petarung kuat. Itulah gambaranku sang pohon jantan.
Sebagai pohon dan makhluk hidup aku pun memiliki kehidupan dan kisah cinta, kisah cintaku mungkin jika terbaca akan terlihat wajar dan sederhana namun itu tidak buatku, semua kisahku amat luar biasa. Bukankah semua peristiwa dalam kehidupan kita merupakan gambaran yang amat luar biasa dalam kehidupan kita dan menunjukan potret nyata bahwa itulah kita.
Dulu ada setangkai daun yang amat kucinta, cinta yang begitu polos adanya, ya daun ini terlihat kecil, mungil dan amat polos dengan bentuk sedikit lonjong dan pipih, pokoknya sederhana banget tidak ada kecantikan jika terlihat. Aku menyukainya, sangat menyukainya, menyukai gayanya yang innocent, imutnya, aku menyukai kepandaiannya dan kekuatannya. Alasan aku tidak mengajaknya kencan karena aku merasa dia yang sangat biasa dan tidak serasi untukku. Aku juga takut, jika kami bersama semua perasaan yang indah ini akan hilang. Aku juga takut kalau gosip-gosip yang ada akan menyakitinya. Aku merasa dia adalah "sahabatku" dan aku akan memilikinya tiada batasnya dan aku tidak harus memberikan semuanya hanya untuk dia. Alasan yang terakhir, membuat dia menemaniku selama 3 tahun ini. Dia tahu aku mengejar gadis-gadis lain dan aku telah membuatnya menangis selama 3 tahun.
Kemudian aku mengenal sosok daun lainnya dan yang satu ini terlihat berbeda, saat pertama bertemu pernah iseng aku menciumnya. Dia hanya tersenyum dengan berwajah merah dan berkata "lanjutkan saja" dan setelah itu pergi meninggalkan kami. Esoknya, matanya bengkak dan merah. Aku sengaja tidak mau memikirkan apa yang menyebabkannya menangis, tapi aku tertawa dengannya seharian. Lalu dengan bertambahnya kematanganku aku kembali dihadapkan dengan perjumpaanku dengan sosok daun yang amat eksotis untukku, awalnya aku menganggap hanya biasa saja, seperti sosok-sosok daun pada umumnya, namun ternyata daun ini amat berbeda, awalnya terlihat biasa dan tak terlihat namun ternyata daun ini memiliki sesuatu hingga mampu membuatku terpesona, lambai jalannya yang begitu pelan justru itu membahayakan kehidupaku, ya daun ini adalah daun mapple.
Daun mapple, sosok yang membuatku kerap marah dan terkadang mempermainkan seluruh indera perasaku selalu mencabik-cabik kehidupanku, kadang kerap dia hadir dengan kebahagiaan dan riuhnya candanya serta kerlingan matanya yang akhirnya membuatku amat terpesona, namun kerap juga dia mengacuhkan aku seolah-olah aku tak pernah hadir dalam hidupnya, semua emosiku telah dikendalikannya.
Dan telah kuceritakan semua kehidupanku pada sang mapple, hingga di saat sakitnya aku, namun aku begitu sedih saat sang daun mapple tiba-tiba hilang dari hidupku. Sang mapple hanya menitipkan pesan yang dihantar langit kepadaku, begini bunyi pesannya: "Daun terbang karena Angin bertiup dan karena Pohon tidak berjuang memintanya untuk tinggal."
DAUN MAPPLE
Aku adalah sang daun, dengan sosok kecilku dan terlihat lemah namun sesungguhnya tersimpan kekuatan amat dasyat dalam diriku, dan ada banyak kisah tentang aku, sosokku yang terlihat kuning keemasan amat eksotis buat mereka yang melihatnya, keelegananku akan penentuan tempat dimana aku bertahan hidup itu adalah cerminan bahwa aku sosok pemilih dan membalas imbalan. Karena aku merasa daun untuk meninggalkan pohon yang selama ini ditinggali selama ini membutuhkan banyak kekuatan.
Aku pernah dekat dengan sosok pohon bukan sebagai pacar tapi "sahabat", Tapi ketika dia mempunyai pacar untuk pertama kalinya, aku mempelajari sebuah perasaan yang belum pernah aku pelajari sebelumnya - CEMBURU. Perasaan di hati ini tidak bisa digambarkan dengan mengunakan Lemon. Hal itu seperti 100 butir lemon busuk. Mereka hanya bersama selama 2 bulan. Ketika mereka putus, aku menyembunyikan perasaan yang luar biasa gembiranya. Tapi sebulan kemudian, pohon bersama seorang gadis lagi.
Aku menyukainya dan aku tahu bahwa dia juga menyukaiku, tapi mengapa dia tidak mau mengatakannya? Sejak dia mencintaiku, mengapa dia tidak yang memulainya dulu untuk melangkah? Ketika dia punya pacar baru lagi, hatiku selalu sakit. Waktu berjalan dan berjalan, hatiku sakit. Aku mulai mengira bahwa ini adalah cinta yang bertepuk sebelah tangan, tapi mengapa dia memperlakukanku dengan sangat baik? Di luar perlakuannya hanya seorang teman.
Menyukai seseorang sangat menyusahkan hati, aku tau kesukannya, kebiasaannya. Tapi perasaannya kepadaku tidak pernah bisa diketahui. Kau tidak mengharapkan aku seorang wanita untuk mengatakannya bukan? Diluar itu, aku mau tetap disampingnya, memberikannya perhatian, menemaninya dan mencintainya. Berharap, bahwa suatu hari, dia akan datang dan mencintaiku. Hal itu seperti menunggu teleponnya setiap malam, mengharapkannya untuk mengirimku SMS. Aku tau sesibuk apapun dia, dia pasti meluangkan waktunya untukku.
Karena itu, aku menunggunya. Tiga tahun cukup berat untuk kulalui dan aku mau menyerah. Kadang aku berpikir untuk tetap menunggu. Luka dan sakit hati, dan dilema yang menemaniku selama tiga tahun ini. Ketika diakhir tahun ke-3, ada sosok angin mendekatiku dengan semilirnya setiap hari dia mengejarku tanpa lelah. Dari penolakan-penolakan yang telah ditunjukkan, aku merasa bahwa aku ingin memberikan dia ruang kecil dihatiku.
Dia seperti angin yang hangat dan lembut, mencoba meniup daun untuk terbang dari pohon. Akhirnya, aku sadar bahwa aku tidak ingin memberikan angin ini ruang yang kecil dihatiku. Aku tau angin ini akan membawa pergi daun yang lusuh jauh dan ketempat yang lebih baik. Akhirnya aku meninggalkan pohon, tapi pohon hanya tersenyum dan tidak memintaku untuk tinggal. "Daun terbang karena angin bertiup atau pohon tidak memintanya untuk tinggal."
ANGIN
Aku menyukai seorang gadis bernama daun, karena dia sangat tergantung pada pohon, jadi aku harus menjadi angin yang kuat. Angin akan meniup daun terbang jauh. Mengenal daun adalah hal yang amat luar biasa dalam kehidupanku, awalnya aku sosok pengembara tanpa ada cinta, aku hanya berjalan dan berjalan mencari celah untuk ku isi dan kuberi kehidupan, suatu hari di pinggir bukit nan hijau ada kisah yang amat tak kulupakan dari jauh aku melihat ada dua kehidupan yang memikat pandanganku, ya mereka adalah daun dan pohon.
Melihat keduanya ada suatu yang mengusikku, aku kerap melihat daun diam dalam kesendirian, hanya melihat sang pohon yang dengan gagah dan senyum memikat bercengkrama dengan semua kehidupan entah itu sang burung, ular, harimau, tupai, dan lainnya yang kerap melintas bahkan tak segan-segan menjalin kehidupan dengan sang pohon. Namun daun tetap dengan diamnya selalu menghela nafas setiap pohon melakukan itu, akan tetapi setiap pohon sedikit melihat ke arah daun terlihat ada pendar cinta di mata daun, namun itu terlihat sebentar, kemudian dalam jauh dan diamnya sering kulihat daun diam-diam menangis sendirian.
Dengan rasa kasihku maka dengan semilirku kudekati daun dengan pesona dan kesabaran hembusanku, namun aku takjub dengan kekuatan cinta daun, dia bertahan kuat karena cintanya kepada sang pohon. Hingga aku kebingungan, semua pesona telah kukerahkan dari bisik silirku, hingga manis aroma sejukku namun daun sama sekali kukuh tak bergeming meninggalkan pohon, meski kerap kudapatkan bagi senyum manis dan cantiknya untukku yang kerap kudapat sambil sembunyi-sembunyi.
Oh aku jatuh cinta kepada sang daun. Ya, daun mapple itu sungguh membiusku, namun aku sang angin, pengembara sejati dan pejuang tangguh, bukan angin namanya jika aku tak bisa mendapatkan sang daun. Akhirnya aku diam sejenak tidak berhembus namun aku himpun segala kekuatanku, dan ini baru setengah terakhir, aku rasa ini cukup untuk meluluhkan hati daun, yang akan ku jadikan badai angin dalam diriku. Ku hempas sang pohon dengan kekuatanku, aku yakin dengan segala cinta dan keinginanku melihat daun, tak ingin aku membiarkan air mata menetes dalam hidupnya, biarlah daun menggugurkan dirinya dari sang pohon dan akan ku terbangkan lalu ku bawa pergi dan kan kutempatkan di tempat istimewa. "Daun terbang karena angin bertiup atau pohon tidak memintanya untuk tinggal."
Sumber :
http://octaviaputritjajadi.blogspot.com/2013/05/cerita-pohon-daun-dan-angin.html
Aku hanyalah sebatang pohon berdiri kokoh dan terlihat tampan di pinggir jalan, dan semua alasan setiap orang memanggilku pohon karena memang aku hanya sebatang pohon, tidak ada alsan atau definisi yang amat penting. Aku biasanya identik dengan kemaskulinitas, sosok tampan, berwibawa dengan suara bariton serta jakun di tenggak tenggorokku, dengan rambut sedikit ikal, mata menyorot tajam, kulit kecoklatan yang menunjukan aku sosok petarung kuat. Itulah gambaranku sang pohon jantan.
Sebagai pohon dan makhluk hidup aku pun memiliki kehidupan dan kisah cinta, kisah cintaku mungkin jika terbaca akan terlihat wajar dan sederhana namun itu tidak buatku, semua kisahku amat luar biasa. Bukankah semua peristiwa dalam kehidupan kita merupakan gambaran yang amat luar biasa dalam kehidupan kita dan menunjukan potret nyata bahwa itulah kita.
Dulu ada setangkai daun yang amat kucinta, cinta yang begitu polos adanya, ya daun ini terlihat kecil, mungil dan amat polos dengan bentuk sedikit lonjong dan pipih, pokoknya sederhana banget tidak ada kecantikan jika terlihat. Aku menyukainya, sangat menyukainya, menyukai gayanya yang innocent, imutnya, aku menyukai kepandaiannya dan kekuatannya. Alasan aku tidak mengajaknya kencan karena aku merasa dia yang sangat biasa dan tidak serasi untukku. Aku juga takut, jika kami bersama semua perasaan yang indah ini akan hilang. Aku juga takut kalau gosip-gosip yang ada akan menyakitinya. Aku merasa dia adalah "sahabatku" dan aku akan memilikinya tiada batasnya dan aku tidak harus memberikan semuanya hanya untuk dia. Alasan yang terakhir, membuat dia menemaniku selama 3 tahun ini. Dia tahu aku mengejar gadis-gadis lain dan aku telah membuatnya menangis selama 3 tahun.
Kemudian aku mengenal sosok daun lainnya dan yang satu ini terlihat berbeda, saat pertama bertemu pernah iseng aku menciumnya. Dia hanya tersenyum dengan berwajah merah dan berkata "lanjutkan saja" dan setelah itu pergi meninggalkan kami. Esoknya, matanya bengkak dan merah. Aku sengaja tidak mau memikirkan apa yang menyebabkannya menangis, tapi aku tertawa dengannya seharian. Lalu dengan bertambahnya kematanganku aku kembali dihadapkan dengan perjumpaanku dengan sosok daun yang amat eksotis untukku, awalnya aku menganggap hanya biasa saja, seperti sosok-sosok daun pada umumnya, namun ternyata daun ini amat berbeda, awalnya terlihat biasa dan tak terlihat namun ternyata daun ini memiliki sesuatu hingga mampu membuatku terpesona, lambai jalannya yang begitu pelan justru itu membahayakan kehidupaku, ya daun ini adalah daun mapple.
Daun mapple, sosok yang membuatku kerap marah dan terkadang mempermainkan seluruh indera perasaku selalu mencabik-cabik kehidupanku, kadang kerap dia hadir dengan kebahagiaan dan riuhnya candanya serta kerlingan matanya yang akhirnya membuatku amat terpesona, namun kerap juga dia mengacuhkan aku seolah-olah aku tak pernah hadir dalam hidupnya, semua emosiku telah dikendalikannya.
Dan telah kuceritakan semua kehidupanku pada sang mapple, hingga di saat sakitnya aku, namun aku begitu sedih saat sang daun mapple tiba-tiba hilang dari hidupku. Sang mapple hanya menitipkan pesan yang dihantar langit kepadaku, begini bunyi pesannya: "Daun terbang karena Angin bertiup dan karena Pohon tidak berjuang memintanya untuk tinggal."
DAUN MAPPLE
Aku adalah sang daun, dengan sosok kecilku dan terlihat lemah namun sesungguhnya tersimpan kekuatan amat dasyat dalam diriku, dan ada banyak kisah tentang aku, sosokku yang terlihat kuning keemasan amat eksotis buat mereka yang melihatnya, keelegananku akan penentuan tempat dimana aku bertahan hidup itu adalah cerminan bahwa aku sosok pemilih dan membalas imbalan. Karena aku merasa daun untuk meninggalkan pohon yang selama ini ditinggali selama ini membutuhkan banyak kekuatan.
Aku pernah dekat dengan sosok pohon bukan sebagai pacar tapi "sahabat", Tapi ketika dia mempunyai pacar untuk pertama kalinya, aku mempelajari sebuah perasaan yang belum pernah aku pelajari sebelumnya - CEMBURU. Perasaan di hati ini tidak bisa digambarkan dengan mengunakan Lemon. Hal itu seperti 100 butir lemon busuk. Mereka hanya bersama selama 2 bulan. Ketika mereka putus, aku menyembunyikan perasaan yang luar biasa gembiranya. Tapi sebulan kemudian, pohon bersama seorang gadis lagi.
Aku menyukainya dan aku tahu bahwa dia juga menyukaiku, tapi mengapa dia tidak mau mengatakannya? Sejak dia mencintaiku, mengapa dia tidak yang memulainya dulu untuk melangkah? Ketika dia punya pacar baru lagi, hatiku selalu sakit. Waktu berjalan dan berjalan, hatiku sakit. Aku mulai mengira bahwa ini adalah cinta yang bertepuk sebelah tangan, tapi mengapa dia memperlakukanku dengan sangat baik? Di luar perlakuannya hanya seorang teman.
Menyukai seseorang sangat menyusahkan hati, aku tau kesukannya, kebiasaannya. Tapi perasaannya kepadaku tidak pernah bisa diketahui. Kau tidak mengharapkan aku seorang wanita untuk mengatakannya bukan? Diluar itu, aku mau tetap disampingnya, memberikannya perhatian, menemaninya dan mencintainya. Berharap, bahwa suatu hari, dia akan datang dan mencintaiku. Hal itu seperti menunggu teleponnya setiap malam, mengharapkannya untuk mengirimku SMS. Aku tau sesibuk apapun dia, dia pasti meluangkan waktunya untukku.
Karena itu, aku menunggunya. Tiga tahun cukup berat untuk kulalui dan aku mau menyerah. Kadang aku berpikir untuk tetap menunggu. Luka dan sakit hati, dan dilema yang menemaniku selama tiga tahun ini. Ketika diakhir tahun ke-3, ada sosok angin mendekatiku dengan semilirnya setiap hari dia mengejarku tanpa lelah. Dari penolakan-penolakan yang telah ditunjukkan, aku merasa bahwa aku ingin memberikan dia ruang kecil dihatiku.
Dia seperti angin yang hangat dan lembut, mencoba meniup daun untuk terbang dari pohon. Akhirnya, aku sadar bahwa aku tidak ingin memberikan angin ini ruang yang kecil dihatiku. Aku tau angin ini akan membawa pergi daun yang lusuh jauh dan ketempat yang lebih baik. Akhirnya aku meninggalkan pohon, tapi pohon hanya tersenyum dan tidak memintaku untuk tinggal. "Daun terbang karena angin bertiup atau pohon tidak memintanya untuk tinggal."
ANGIN
Aku menyukai seorang gadis bernama daun, karena dia sangat tergantung pada pohon, jadi aku harus menjadi angin yang kuat. Angin akan meniup daun terbang jauh. Mengenal daun adalah hal yang amat luar biasa dalam kehidupanku, awalnya aku sosok pengembara tanpa ada cinta, aku hanya berjalan dan berjalan mencari celah untuk ku isi dan kuberi kehidupan, suatu hari di pinggir bukit nan hijau ada kisah yang amat tak kulupakan dari jauh aku melihat ada dua kehidupan yang memikat pandanganku, ya mereka adalah daun dan pohon.
Melihat keduanya ada suatu yang mengusikku, aku kerap melihat daun diam dalam kesendirian, hanya melihat sang pohon yang dengan gagah dan senyum memikat bercengkrama dengan semua kehidupan entah itu sang burung, ular, harimau, tupai, dan lainnya yang kerap melintas bahkan tak segan-segan menjalin kehidupan dengan sang pohon. Namun daun tetap dengan diamnya selalu menghela nafas setiap pohon melakukan itu, akan tetapi setiap pohon sedikit melihat ke arah daun terlihat ada pendar cinta di mata daun, namun itu terlihat sebentar, kemudian dalam jauh dan diamnya sering kulihat daun diam-diam menangis sendirian.
Dengan rasa kasihku maka dengan semilirku kudekati daun dengan pesona dan kesabaran hembusanku, namun aku takjub dengan kekuatan cinta daun, dia bertahan kuat karena cintanya kepada sang pohon. Hingga aku kebingungan, semua pesona telah kukerahkan dari bisik silirku, hingga manis aroma sejukku namun daun sama sekali kukuh tak bergeming meninggalkan pohon, meski kerap kudapatkan bagi senyum manis dan cantiknya untukku yang kerap kudapat sambil sembunyi-sembunyi.
Oh aku jatuh cinta kepada sang daun. Ya, daun mapple itu sungguh membiusku, namun aku sang angin, pengembara sejati dan pejuang tangguh, bukan angin namanya jika aku tak bisa mendapatkan sang daun. Akhirnya aku diam sejenak tidak berhembus namun aku himpun segala kekuatanku, dan ini baru setengah terakhir, aku rasa ini cukup untuk meluluhkan hati daun, yang akan ku jadikan badai angin dalam diriku. Ku hempas sang pohon dengan kekuatanku, aku yakin dengan segala cinta dan keinginanku melihat daun, tak ingin aku membiarkan air mata menetes dalam hidupnya, biarlah daun menggugurkan dirinya dari sang pohon dan akan ku terbangkan lalu ku bawa pergi dan kan kutempatkan di tempat istimewa. "Daun terbang karena angin bertiup atau pohon tidak memintanya untuk tinggal."
Sumber :
http://octaviaputritjajadi.blogspot.com/2013/05/cerita-pohon-daun-dan-angin.html
No comments:
Post a Comment