Pagi itu Lexa tergesa-gesa mengeluarkan mobilnya dari garasi. Ia harus segera ke kantor menyelesaikan pekerjaannya sebelum ia berangkat ke Hongkong nanti sore. Tapi sepertinya nasib berkata lain, karena buru-buru ia lupa kalau bensinnya habis dan tidak mengisinya, alhasil mogoklah mobil kerennya, padahal hanya tinggal 300 m ia sudah sampai kantor.
Karena ia tidak biasa berjalan, Lexa tengok kanan-kiri apakah ada kendaraan yang bisa ia tumpangi sampai ke kantor sambil terus bergumam kesal. Akhirnya ada becak yang dikendarai oleh Laki - laki tua, mungkin sekitar 60 tahun, lewat didepannya, maka ia langsung memanggilnya dan naik.
“Pak, bisa lebih cepat? Saya buru-buru nih, ada pekerjaan yang harus selesai, saya bayar lebih deh” katanya
Tukang becak tua itupun menjawab “Maaf bu, saya sudah berusaha sekuat tenaga”
Dengan ketusnya Lexa menimpali “Memang susah ya kalau sudah tua begini dipaksa kerja,
memangnya anak Bapak tidak bisa menghidupi Bapak ya?”
Tukang becak itupun hanya tersenyum “Kalau tidak terpaksa, mending saya gak naik becak deh, lama...”
“Maaf Bu, ya kalau becak beginilah, hanya mengandalkan kekuatan manusia, beda kalau pakai mobil, pesawat..bisa cepat Bu” jawabnya “Iya, coba deh kalau Bapak pernah merasakan naik pesawat, cepat banget Pak..ups..maaf ya Pak, bukannya saya menghina Bapak”
Sekali lagi si Tukang Becak hanya tersenyum, dan sepanjang perjalanan Lexa terus memamerkan kekayaan dan kemampuannya kepada si Tukang becak tua itu sambil sesekali merendahkan si tukang becak. Saat sudah dekat dengan kantornya Lexa bertanya : “Anak Bapak tidak bisa menghidupi Bapak ya? “ Jawaban tukang becak cukup mengagetkan Lexa “Anak saya ada 2, yang satu sekarang tinggal di Belanda, menjadi dosen disana. Dan yang satu lagi sedang kuliah di Fakultas Kedokteran “ “Ah Bapak kok berkhayal?” jawab Lexa sinis
“ Saya tahu, pasti saya dianggap berbohong, makanya saya tidak bilang kalau tidak ditanya. Dari muda saya sudah menjadi tukang becak supaya bisa menyekolahkan anaka saya sampai tinggi, anak saya pandai sehingga selalu mendapat beasiswa, yah..meringankan saya Bu. Sekarang dia bisa membiayai adiknya” “Pasti Ibu bertanya, kenapa saya masih jadi tukang becak? Saya sudah biasa kerja keras Bu, kalau saya diam dirumah, badan saya sakit semua Bu, ya sekarang tukang becak sudah bukan profesi saya, hanya hobi saya”
Rekan-rekan, seringkali cerita diatas terjadi pada kehidupan kita. Kesan pertama begitu berarti. Saat kita melihat orang lusuh, kotor, kita bilang dia adalah orang miskin.
Saat kita dijalan melihat orang tidak memberikan uang kepada pengamen, kita bilang dia pelit. Begitu juga sebaliknya, saat kita berkenalan dengan orang yang ramah, kita akan berpikiranbahwa orang ini baik hati, jujur, pandai dll. Padahal bisa jadi sifat-sifat itu tidak ada pada dirinya.
Bias-bias dalam penilaian memang tidak akan pernah hilang dalam kehidupan kita sehari-hari, begitu juga didalam pekerjaan. Seringkali atasan menilai bawahannya tidak baik hanya karena 1 kesalahan yang pernah dilakukan, padahal dibalik itu banyak sekali hal positif yang dia lakukan. Tetap saja itu tidak berarti. Lebih ekstrim lagi, kadangkala untuk terus mempertahankan pembenaran pandangan kita, kita seakan-akan berusaha mencari kesalahan orang lain. Kita harus waspada dalam hal ini, karena tidak semua yang anda lihat atau dengar adalah benar.
Hal-hal negative pada dasarnya lebih mudah melekat dalam ingatan manusia dibandingkan hal positif. Pikiran-pikiran negative lebih sulit diubah daripada pikiran positif. Jika pada awalnya kita menilai rekan kerja kita adalah seorang yang pembangkang misalnya, maka akan sulit kita untuk merubah pikiran itu. Kadang karena sifat kemanusiaan kita, kita tidak mau tahu ada apa dibalik sikapnya. Bisa jadi dia menentang kita karena kita salah, tapi karena sifat kemanusiaan kitalah yang selalu menganggap bahwa kita benar.
Lain halnya dengan pikiran positif. Dulu kita anggap rekan kita adalah orang yang paling sabar, suatu kali dia marah kepada kita. Bisa jadi saat itu juga pikiran kita berubah dengan pikiran “oo, berarti selama ini hanya topeng, sebenarnya dia orang yang pendendam, pemarah, dll” akhirnya pikiran negatiflah yang kemudian berkembang. Mungkin saja rekan kita marah karena kita memang sudah keterlaluan kan?
Sebenarnya hidup kita akan menjadi lebih indah apabila kita bisa menguasai pikiran kita.
Pikiran kitalah yang menjadi sumber segala tindakan kita. Dan hanya kita sendirilah yang bisa mengendalikannya. Kita sendirilah yang bisa memanipulasi pikiran kita. Jangan sampai pikiran negative yang menjadi dasar pandangan atau pikiran kita sehari, hari, sebaliknya, pakailah mindset yang positif dalam menilai segala sesuatu.
Pikiran kitalah yang menjadi sumber segala tindakan kita. Dan hanya kita sendirilah yang bisa mengendalikannya. Kita sendirilah yang bisa memanipulasi pikiran kita. Jangan sampai pikiran negative yang menjadi dasar pandangan atau pikiran kita sehari, hari, sebaliknya, pakailah mindset yang positif dalam menilai segala sesuatu.
Pikiran negative bagaikan kanker yang selalu menggerogoti hati kita. Daripada sibuk berpikiran negative sampai berusaha mencari-cari kesalahan anggotra tim, lebih baik kita berlomba-lomba mencari kekuatan rekan kita sehingga kita bisa bersinergi saling menguatkan dengan kemampuan masing-masing menuju prestasi optimal
Kata Bijak Minggu Ini:
Lebih mudah mengingat kekurangan orang lain daripada kelebihannya.
Tetapi lebih mudah mengingat kelebihan diri sendiri daripada kekurangan diri sendiri.
Biasakan selalu berkaca sebelum menilai orang lain
No comments:
Post a Comment