Friday, 30 October 2015

Kekuatan Sebuah Teriakan

Penduduk yang tinggal di sekitar Kepulauan Solomon, Pasifik Selatan, memiliki kebiasaan unik yaitu :meneriaki pohon. Mereka melakukannya bila menjumpai sebuah pohon yang berakar sangat kuat sehingga sulit ditebang. Maka mereka meneriakinya supaya pohon itu mati.


Setiap hari, selama berjam-jam, para penduduk meneriakinya keras-keras. Hal ini terus berlangsung hingga kira-kira 40 hari lamanya.

Apa yang terjadi setelah masa teriakan itu, sungguh menakjubkan! Perlahan-lahan dedaunan pohon itu mulai mengering. Kemudian, dahan-dahannya mulai rontok. Lama-lama, pohon itu mati dan kini mudah
ditebang.

Penduduk primitif di Kepulauan Solomon telah membuktikan bahwa teriakan terus-menerus pada makhluk hidup tertentu, seperti pohon, bisa membuatnya mati karena "rohnya" sudah meninggalkannya. 
Ternyata, sebuah teriakan punya kekuatan. Dan teriakan negatif, tentu memuat dorongan negatif pula. Dampak yang paling membahayakan: mematikan!
Pernahkah kita berteriak kepada orangtua, anak , pasangan hidup (suami/istri),
saudara sekandung (kakak/adik), atau rekan – rekan kerja kita? Kepada anak-anak, mungkin Kita pernah meneriakkan kata-kata ini: "Ayo ?! Jangan main-main di sini! Berisik!"

Atau, 
mungkin Kita pun pernah berteriak kepada rekan kerja : “ Memang Anda tidak
bisa diajak kerjasama, mau menangnya sendiri!”
 
Atau, 
teriakan atasan pada bawahan, pemimpin pada timnya: "Persoalan mudah begitu
saja, nggak bisa! Kapan kamu jadi pintar?!"
 
Ingatlah! Setiap kali Kita berteriak pada seseorang karena merasa jengkel, marah,
terhina, terluka, ingatlah apa yang ditunjukkan oleh penduduk Kepulauan Solomon tadi.
Mereka membuktikan kepada kita bahwa setiap kali kita mulai berteriak, kita mulai
"mematikan roh" pada makhluk hidup atau orang yang kita cintai. Maka, coba untuk berhenti berteriak dan berkata kasar kepada orang-orang di sekitar kita.

Teriakan bisa membunuh jiwa seseorang, saya yakin tidak ada seorangpun diantara
kita yang mau menjadi pembunuh. Kita berteriak sama dengan Kita membunuh.Seringkali kita mendengar teriakan-teriakan di lingkungan kerja kita. Teriakan-teriakan yang kadang “asal teriak”. Mengatasnamakan “untuk pembelajaran” atau dengan alasan kalau tidak diteriaki tidak tahu. Atau mohon dimaklumi karena sudah menjadi sifat kita suka berteriak. Apakah kita yakin teriakan kita akan menghasilkan sesuatu yang positif?

Tak perlu dengan teriakan, tegas berbeda dengan berteriak. Yang dibutuhkan dalam
dunia kita adalah ketegasan, bukan kekuatan teriakan. Lebih baik menjadi seseorang
yang dihormati karena bijaksana, bukan seseorang yang ditakuti oleh orang lain. Kalau
ditakuti berarti kita disamakan dengan kuntilanak? Disamping itu sebelum kita berteriak kepada orang lain, cobalah kita bercermin terlebih dahulu, apakah kita sudah lebih baik dari orang lain?

Mari kita membiasakan untuk introspeksi diri. Sebelum kita menyalahkan orang lain,
berteriak kepada orang lain, apakah kita punya andil dalam kesalahan itu? 
Jangan sampai kita sudah teriak-teriak menghabiskan banyak energi untuk menyalahkan orang lain, ternyata kesalahan ada pada kita sendiri. Alhasil malu kan? Sudah membunuh
roh orang lain, ternyata kita sendiri yang salah
 
Kata Bijak minggu ini :
Perkataan orang bijaksana yang didengar dengan tenang lebih baik daripada teriakan orang yang ingin berkuasa terhadap orang lain

Apakah Kita Pembunuh???
Mungkin kita tidak dipenjara di dunia ini karena teriakan, tetapi penghakiman akhir jaman yang akan menghukum kita!!!

No comments:

Post a Comment