Saturday, 25 April 2015

Balada Tukang Kayu

Seorang tukang kayu bermaksud pensiun dari pekerjaannya di perusahaan real estate.  Ia menyampaikan keinginan tersebut kepada pemilik perusahaan. 

Tentu saja, karena tidak bekerja ia akan kehilangan penghasilan bulanannya, tetapi keputusan itu sudah bulat. Ia merasa sangat lelah, ia ingin istirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama keluarganya. 

Sang pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan seorang pekerja terbaiknya. Sebelum mengijinkan si tukang kayu untuk mengundurkan diri, Ia meminta agar dibuatkan sebuah rumah sebagai pekerjaan terakhirnya



Si tukang kayu pun mengiyakan perintah dari sang pemilik perusahaan untuk membuat rumah untuk terakhir kali. Tapi sebenarnya ia merasa terpaksa, ia ingin segera berhenti karena sudah sangat jenuh dan lelah dengan pekerjaannya.  

Tidak seperti sebelum-sebelumnya, dalam membangun rumah kali ini ia tidak mencurahkan sepenuh hatinya. Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan tahap-tahap pembangunan rumah dengan bahan-bahan sekedarnya. 

Akhirnya selesailah rumah yang diminta. Sesuai dengan prosesnya, hasilnya bukanlah sebuah rumah yang baik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri karirnya dengan prestasi yang tidak membanggakan.  

Pemilik perusahan itu akhirya datang dan melihat rumah yang dimintanya. Setelah melihat sekeliling, dengan tersenyum sang pemilik perusahaan itu menyerahkan kunci rumah tersebut pada si tukang kayu.  

Sambil berkata:  “Mengapa engkau membuatnya tidak sebaik yang pernah engkau buat sebelumnya? Sebenarnya rumah ini untukmu, hadiah dari kami”.  Betapa terkejutnya si tukang kayu ketika mendengar perkataan itu, mukanya sungguh terlihat malu dan menyesal.  

Seandainya saja ia tahu bahwa ia sesungguhnya mengerjakan rumah untuk dirinya sendiri, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara biasanya. Kini ia harus tinggal di sebuah rumah hasil karyanya yang tidak bagus.  

Teman, itulah yang sering terjadi dalam kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan cara ogah-ogahan. Lebih memilih bekerja dengan ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang terbaik.   Bahkan, pada saat-saat  terpenting dalam karir, kita justru tidak  mengerahkan segala  kemampuan dan  keahlian kita. 

Pada akhir perjalanan, kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup di dalam keadaan yang tidak baik.Seandainya kita menyadari sejak semula, kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda. 

Biarpun kita hanya hidup satu hari, maka dalam satu hari itu kita pantas untuk hidup penuh keagungan dan kejayaan. Hidup kita esok adalah akibat dari sikap dan pilihan yang kita perbuat di hari ini.  

Renungan minggu ini : Bangunlah masa depanmu mulai detik ini sedikit demi sedikit dengan sukacita sekuat tenaga seakan-akan ini hari terakhir hidup kita..niscaya hasilnya akan maksimal ..GOOD LUCK

Sumber :
Personalia Kantorku

No comments:

Post a Comment