Monday, 2 November 2015

Kompetisi Kepiting


Di Filipina, masyarakat pedesaan gemar sekali menangkap dan memakan kepiting sawah.
Kepiting itu ukurannya kecil namun rasanya cukup lezat. Kepiting-kepiting itu dengan
mudah ditangkap di malam hari, lalu dimasukkan ke dalam baskom/wadah, tanpa diikat.
Keesokkan harinya, kepiting-kepiting ini akan direbus untuk lauk. Yang paling menarik dari kebiasaan ini, kepiting-kepiting itu akan selalu berusaha untuk keluar dari baskom, sekuat tenaga mereka, dengan menggunakan capit-capitnya yang kuat.

Namun seorang penangkap kepiting yang handal selalu tenang meskipun hasil buruannya
selalu berusaha meloloskan diri. 
Resepnya hanya satu, yaitu si pemburu tahu betul sifat si kepiting.
Bila ada seekor kepiting yang hampir meloloskan diri keluar dari baskom, teman-temannya pasti akan menariknya lagi kembali ke dasar.

Jika ada lagi yang naik dengan cepat ke mulut baskom, lagi-lagi temannya akan menariknya turun... dan begitu seterusnya sampai akhirnya tidak ada yang berhasil keluar.
Keesokan harinya sang pemburu tinggal merebus mereka semua dan matilah sekawanan
kepiting yang dengki itu. Bagaimana dengan kita?

Dalam kehidupan ini... tanpa sadar kita juga terkadang menjadi seperti kepiting-kepiting
itu.

Kita menyimpan rasa iri atau dengki terhadap rekan kita
Jika rekan atau saudara kita mengalami kesuksesan kita malah mencurigai, jangan-
jangan kesuksesan itu diraih dengan jalan yang tidak benar. Padahal seharusnya kita ikut
senang

Di dalam pekerjaan atau hal lain yang mengandung unsur kompetisi, sifat iri, dengki,
atau munafik akan semakin nyata dan kalau tidak segera kita sadari, berarti tanpa sadar
kita sudah membunuh diri kita sendiri. Kita berusaha untuk mencari kesalahan orang lain, supaya mereka terlihat tidak lebih baik daripada kita. Kalau kita masih membudayakan kompetisi kepiting, maka dapat dipastikan tidak akan lama lagi kita akan hancur bersama-sama.. apakah kehancuranlah tujuan akhir kita?
Bukankan sebenarnya kita mencari kesuksesan, bukan keterpurukan?

Kesuksesan hanya akan datang jika kita bisa menyadari bahwa di dalam persaingan yang
penting bukan siapa yang menang, namun terlebih penting dari itu seberapa jauh kita bisa mengembangkan diri kita seutuhnya.

Proses pengembangan diri itulah yang akan mensukseskan kita. Dengan perkembangan diri
bukan berarti kita akan selalu menang dalam kompetisi, namun yang labih penting, kita
akan meraih kemenangan sejati dalam kehidupan kita. Yaitu kita menjadi lebih sabar, lebih tekun, dan tentu saja lebih bijaksana dalam menyikapi pergumulan hidup kita.
Pertanda seseorang adalah ‘kepiting’:

1. Selalu mengingat kesalahan pihak luar (bisa orang lain atau situasi) yang sudah lampau dan menjadikannya suatu prinsip/pedoman dalam bertindak

2. Banyak mengkritik tapi tidak ada perubahan dalam dirinya, tidak melihat dirinya sendiri

3. Hobi membicarakan kelemahan orang lain tapi tidak mengetahui kelemahan dirinya
sendiri sehingga ia hanya sibuk menarik kepiting-kepiting yang akan keluar dari
baskom dan melupakan usaha pelolosan dirinya sendiri.

Seharusnya kepiting-kepiting itu tolong-menolong keluar dari baskom, namun memang
dibutuhkan jiwa yang besar untuk melakukannya...

Coba renungkan berapa waktu yang kita pakai untuk memikirkan cara-cara menjadi
pemenang. Dalam kehidupan sosial, ataupun pekerjaan. Dan gantilah waktu itu untuk
memikirkan cara-cara pengembangan diri kita menjadi pribadi yang sehat dan sukses.
Kata Bijak Minggu ini:
Penting untuk kita memperoleh penghargaan dari orang lain.
Tetapi jauh lebih penting kita mengembangkan diri menjadi lebih berguna bagi orang lain

No comments:

Post a Comment