Tuesday, 10 November 2015

Give and Take


Alkisah, seorang pria tersesat di hutan yang sangat gersang. Ia sempoyongan karena hampir mati kehausan.
Tak disangka, ia melihat sebuah rumah kosong. Di depan rumah tua tanpa jendela dan hampir roboh itu, terdapat sebuah pompa air. Segera ia menuju pompa itu dan mulai memompa sekuat tenaga. Tapi, tidak ada air yang keluar.


Lalu ia melihat ada kendi kecil di sebelah pompa itu dengan mulutnya tertutup gabus dan tertempel kertas dengan tulisan, ”Sahabat, pompa ini harus dipancing dengan air dulu.. Setelah mendapatkan airnya, mohon jangan lupa mengisi kendi ini lagi sebelum pergi.” Pria itu mencabut gabusnya dan ternyata kendi itu berisi penuh air.

“Apakah air ini harus dipergunakan untuk memancing pompa? Bukankah lebih aman aku minum dahulu,Untuk apa menuangkan air sebanyak ini ke pompa karatan hanya karena instruksi di atas kertas kumal yang belum tentu benar?” Begitu pikirnya.

Untung suara hatinya mengatakan bahwa ia harus mencoba mengikuti nasihat yang tertera di kertas itu, sekali pun berisiko. Lantas, ia menuangkan seluruh isi kendi itu ke dalam pompa yang karatan tersebut dan dengan sekuat tenaga memompanya. Benar!! Air keluar dengan melimpah. Pria itu minum sepuasnya. Setelah istirahat memulihkan tenaga dan sebelum meninggalkan tempat itu, ia mengisi kendi itu sampai penuh, menutupkan kembali gabusnya dan menambahkan beberapa kata di bawah instruksi pesan itu:

“Aku telah melakukannya dan berhasil. Engkau harus berkorban terlebih dahulu sebelum bisa menerima kembali secara melimpah. PERCAYALAH!! Inilah kebenaran hukum alam.”Hidup ini, tidak selalu harus menerima, baru memberi. Tetapi ada kalanya, bahkan seringkali, kita harus memberi dulu, baru menerima. Bukan seperti kata-kata dalam bahasa Inggris yang populer dan sering kita dengar: “Take and Give” (mendapatkan dan memberi) tetapi seharusnya “give and take” (memberi dan mendapatkan).
Dalam kehidupan ini, sebenarnya sumber kebahagiaan adalah memberi. Barulah kita akan
menikmati apa-apa yang pantas kita dapatkan.

Jangan membiarkan diri kita dimanjakan dengan menerima dulu baru memberi.
Buang jauh-jauh prinsip, “saya bekerja tidak usah ngoyo, toh saya cuma digaji kecil”. Bekerjalah semaksimal yang kita bias, sekuat tenaga kita, kalaupun nanti atasan melihat kinerja kita optimal dan memberi kita lebih, itu hanyalah bonus. Bukan tujuan utama.

Tetapi jangan pula memberi karena mengharapkan imbalan. Memberilah dengan tulus, itulah tugas kita. Selanjutnya menjadi pekerjaan Tuhan bagi kita. Tetapi kita yakin Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik bagi kita. Dengan memegang prinsip ini, dapat dipastikan hidup kita akan menjadi lebih bermakna, kita pun akan menjadi lebih bahagia.
Yuk, mulai berinisiatif untuk memberi dan memberi terlebih dahulu. Maka anugerah terindah pasti disuguhkan kepada kita.
Ingat jangan bekerja asal-asalan karena gaji pas-pasan, tapi bekerja optimal untuk kebahagiaan..
Nikmatnya memberi...

Kata bijak minggu ini :
Memberi tidak akan membuat kita miskin, tetapi membuat kita kaya hati

No comments:

Post a Comment