Saturday, 7 November 2015

Hukum Truk Sampah


Suatu pagi, seorang pria naik sebuah taksi dan pergi menuju bandara. Ketika sedang melaju cepat (pada jalur yang benar), tiba-tiba sebuah mobil hitam, tanpa memberi tanda apa pun, menyerobot mengambil jalan di depan taksi itu.
Si supir taksi menginjak pedal rem dalam-dalam hingga ban mobilnya berdecit dan berhenti hanya beberapa sentimeter dari mobil tersebut.Pengemudi mobil hitam membuka jendela, menjulurkan kepalanya, dan memaki-maki si supir taksi. Namun apa yang terjadi? Supir taksi hanya tersenyum dan melambaikan tangan dengan ringan, pada orang tersebut.

Penumpangnya sangat heran dengan sikap sopir taksi yang bersahabat. Ia bertanya, "Kok Bapak bisa bersikap seperti itu? Pengemudi mobil hitam itu bisa saja menabrak dan merusak taksi Bapak, juga bisa bikin kita masuk rumah sakit!"

Supir taksi itu, kemudian menjelaskan "Hukum Truk Sampah" pada penumpangnya. Katanya, banyak orang yang seperti truk sampah. Mereka berjalan membawa "sampah", seperti rasa frustasi, kemarahan, dan kekecewaan. 
Seiring dengan semakin penuh kapasitasnya, semakin mereka membutuhkan tempat untuk membuangnya, dan seringkali mereka membuangnya kepada Anda.
"Enggak usah dimasukkan ke dalam hati," kata bapak tua pengemudi taksi itu. "Ya, tersenyum saja!
Lambaikan tangan, lalu lanjutkan hidup. Jangan ambil 'sampah' mereka untuk kembali membuangnya kepada orang lain yang Anda temui, baik di tempat kerja, di rumah, atau dalam perjalanan."

Seringkali kita menjadi truk sampah, memungut sampah orang lain, memelihara masalah tidak penting sampai menjadi sampah pada diri kita sendiri, akhirnya sampah itu menggunung, Dan harus dibuang, atau jatuh berceceran tanpa control.

Akhirnya semua yang ada disekitar kita jadi pelampiasan pembuangan sampah kita. Yang benar jadi salah kalau sudah begini. Masalah dirumah dibawa sampai ke kantor, rekan-rekan dikantor ‘terpaksa’ menjadi tong sampah kita. Mungkin selama ini kita anggap wajar-wajar saja. Tapi cobalah kita renungkan, bagaimana jika kita yang harus menjadi tong sampah bagi orang lain? Apakah bisa bersikap seperti sopir taksi tadi? Atau kita pungut sampah-sampah itu sehingga tampungan kita tidak muat lagi? Dan akhirnya kembali lagi ke hukum truk sampah. Lalu kalau seperti ini kapan selesainya permasalahan kita?

Rugi sekali jika kita harus menjadi ‘pemulung’ sampah orang lain. Sudah berpenampilan keren, modis, masa kita hanya menjadi ‘pemulung’. Rugi juga bila kita bawa ‘sampah’ kemana-mana..ganteng-ganteng atau cantik-cantik kok kemana-mana bawa sampah. Kalau selama ini kita selalu memperhatikan penampilan fisik kita, kita bingung mau pakai baju apa, mau pakai parfum yang mana, kenapa kita tidak pernah sadar bahwa baju kita tertutup oleh ‘sampah’ masalah, parfum kita tertutup oleh bau ‘sampah’?Apakah orang hanya memperhatikan penampilan kita? 
Penampilan boleh jadi kesan awal, tetapi seindah apapun penampilan kita, jika kita masih penuh dengan sampah, orang lain tidak akan tertarik lagi dengan kita.
Sekarang kembali kepada kita, memilih orang tertarik hanya pada kesan awal dengan penampilan kita yang super cantik/ganteng atau selamanya tertarik pada kita dengan meninggalkan sampah-sampah kita di tong sampah,dan jangan pungut sampah orang lain?? Silakan jatuhkan pilihan yang tepat. Jangan biarkan "truk sampah" merusak hari-hari kita.

Kasihi musuh kita, berdoalah untuk kebaikan mereka,jangan kutuk musuhmu dan sayangi orang-orang yang memperlakukan kita dengan baik . Hidup itu 10 persennya mengenai apa yang Anda buat dengannya, dan 90 persen tentang bagaimana Anda menghadapinya.
 
Kalimat bijak minggu ini :
Life is not about waiting for the storm to pass,
its about learning How to dance in the rain

No comments:

Post a Comment