Ada seorang bermaksud membeli rumah. Lalu ia menghubungi seorang makelar. Sang
makelar sangat senang “ Wah mangsa kakap nih!” pikirnya. Dengan penuh semangat,
diantarnya calon pembeli berkeliling dari satu rumah ke rumah lain yang dijual.
Biarpun lelah, komisi 5 % kan lumayan juga.
makelar sangat senang “ Wah mangsa kakap nih!” pikirnya. Dengan penuh semangat,
diantarnya calon pembeli berkeliling dari satu rumah ke rumah lain yang dijual.
Biarpun lelah, komisi 5 % kan lumayan juga.
Di rumah pertama. “ Lihat Pak, bangunannya kuat dan antik! Halamannya juga sangat
luas!” namun si calon pembeli menolak rumah itu.
Di rumah kedua. “ Lihat Pak! Modelnya paling modern! Ada kolam renangnya! Bagus
bukan?” rumah inipun ditolaknya.
Di rumah ketiga. “ Lihat Pak! Lokasinya di daerah elite! Ini menaikkan gengsi Bapak,
harganya relatif murah lagi Pak.” Lagi-lagi calon pembeli tidak menunjukkan minat
untuk membelinya.
Demikian seterusnya dengan rumah keempat. Rumah kelima, dan seterusnya, sehinga
habislah sudah kesabaran sang perantara.
“Tak adakah rumah yang cocok dengan selera Bapak?”
“Belum!”
“Jadi, rumah yang bagaimana yang Bapak cari?”
“ Saya mencari rumah yang terang! Semua rumah tadi terlalu gelap!”
“Haaaaa????? Wah maafkan saya Pak! Bapak lupa melepaskan kacamata hitam yang Bapak pakai! Lepaskanlah, dan pasti semuanya akan menjadi terang!”
Itulah yang seringkali kita jalani dalam kehidupan kita sehari-hari. Seringkali kita
menganggap semua disekitar kita jelek, tidak seperti yang kita mau. Kita menganggap
rekan kerja kita tidak bisa bekerja sama, kita menganggap rekan kerja kita menghambat
pekerjaaan kita, kita menganggap anak buah kita tidak becus kerjanya dan masih banyak
lagi ketidaksesuaian yang tidak bisa kita terima dari lingkungan kita.
Setiap saat kita berusaha mencari hal yang sesuai dengan apa yang kita mau. Kita mau
rekan kerja yang mau mengerti kita, kita mau rekan kerja yang bisa bekerjasama dengan
kita, kita juga mau rekan kerja yang dapat selalu support kita. Atau kita mau atasanyang mendukung kita, anak buah yang dapat mengerti kebutuhan kita. Namun mungkin
sampai dengan saat ini kita belum mendapatkannya. Bahkan mungkin ada diantara kita
yang merasa bahwa saat ini justru rekan kerja, atasan atau anak buah yang menyebalkan
yang ada disekitar kita.
Seringjuga kita berpikir untuk pindah kerja karena merasa disini terlalu banyak masalah, disini pekerjaannya terlalu berat. Lalu dimulailah perjalanan kita berpindah-pindah kerja, karena tak ada satupun yang sesuai dengan keinginan kita. Bertolak dari cerita diawal. Bisa jadi bukan lingkungan kita yang salah, tetapi kitalah yang salah. Selama kita masih menggunakan “kacamata hitam” di kehidupan kita, maka hal terindahpun akan menjadi gelap.
Sebelum kita mengeluh mengenai lingkungan yang tidak pernah sesuai dengan apa yang kita mau, hendaknya kita instrospeksi diri , apakah kita masih menggunakan “kacamata hitam” yang menutupi mata kita? Langit cerahpun akan menjadi mendung kalau kita melihat dengan kacamata hitam.
Demikian juga saat kita melihat orang disekitar kita atau pekerjaan kita, selama hati dan pikiran kita tertutup kacamata hitam, maka tak akan terlihat kelebihan orang tersebut, sebaik apapun dia. Sebaik apapun perusahaan tempat kita bekerja saat ini, pasti akan terlihat jelek Jadi saat kita melihat sekitar kita, pastikan dulu kita sudah melepas kacamata hitam kita.
Kata Bijak Minggu Ini :
Sebagian orang ganti pekerjaan, pasangan, dan teman, tetapi tidak pernah berpikir untuk mengganti dirinya sendiri
Makasih gan, ane suka banget tulisannya, enak dibaca dan ngasih pencerahan. keep posting yang kaya gini gan. keren
ReplyDeleteKacamata Hitam Pria